Dua Skema jahat Solusi Balad Lumampah: Piramida dan Ponzi

Solusi balad lumampah tidak hanya menggunakan skema ponzi yang menyebabkan kebangkrutan mereka, tetapi juga menggunakan skema piramida yang menipu orang banyak. Apa perbedaan kedua skema tersebut?

Skema Piramida Solusi Balad Lumampah

Dengan skema piramida, jamaah yang ingin umroh (katakanlah si Fulan) harus membayar down payment (DP) sekaligus biaya kemitraan sebesar 1 juta rupiah. Untuk memperoleh tambahan biaya umroh, cara yang disarankan oleh Solusi Balad Lumampah adalah si Fulan mengajak atau merekrut sekitar 50 orang lain yang juga ingin umroh dengan membayar DP dan kemitraan dengan harga yang sama.

Dengan skema piramida, Solusi Balad Lumampah tidak bertanggung jawab bila si Fulan tidak berhasil mengajak cukup banyak orang dan tidak berhasil umroh. Bahkan bila si Fulan tidak berhasil mengajak satu orangpun, Solusi Balad Lumampah tidak bertanggung jawab.

Dimanakah jahatnya skema ini? Skema ini jahat karena membohongi orang dengan mengatakan dapat umroh gratis hanya dengan membayar down payment dan biaya kemitraan sebesar 1 juta rupiah. Faktanya tidak semua orang bahkan sebagian besar orang tidak akan berhasil mengajak orang dalam jumlah yang cukup. Ini seperti pedagang jahat yang menjual obat dan menjanjikan obat tersebut dapat menyembuhkan suatu penyakit, padahal hanya 1%(misalnya) orang yang berhasil disembuhkan dengan obat tersebut.

Dengan skema ini sebetulnya Solusi Balad Lumampah mendapat dana gratis dari orang yang membayar DP yang akhirnya tidak berhasil umroh. Bila hanya menggunakan skema ini, Solusi Balad Lumampah tidak akan bangkrut seperti seperti sekarang. Sayangnya, mereka tidak puas hanya melakukan satu skema kejahatan, tetapi menambah dengan skema lain: Skema Ponzi.

Skema Ponzi pada Solusi Balad Lumampah

Dengan skema ponzi, jamaah yang ingin umroh ditawari umroh dengan biaya yang jauh lebih murah dari harga yang umumnya diterapkan biro umroh lain. Lalu bagaimana Solusi Balad Lumampah dapat memberangkatkan jamaah dengan biaya yang minimal? Mudah saja. Mereka bermain tempo dan tutup lobang gali lobang, berhutang dari jamaah-jamaah lain. Misalnya si Fulan mendaftar paket umroh murah 15 juta rupiah (padahal biaya dasar utuk umroh adalah 20 juta – misalnya) pada tahun 2016 untuk keberangkatan tahun 2017. Pada tahun 2017 si Fulan pun berangkat. Darimana Solusi Balad Lumampah mendapat tambahan biaya umroh si Fulan? tak lain dari jamaah yang mendaftar paket umroh murah tahun 2017, yang akan berangkat tahun 2018. Begitulah seterusnya. Gali lubang ke jamaah baru untuk menutup lubang yang mereka ciptakan sendiri.

Skema inilah yang membuat Solusi Balad Lumampah, First Travel dan skema ponzi manapun akhirnya bangkrut. Mengapa? Karena pada hakikatnya, setiap ada orang yang mendaftar umroh dengan biaya murah, Solusi Balad Lumampah menciptakan hutang. Makin lama hutang itu makin menganga. Berikut ilustrasi yang sederhana, katakanlah dimulai dari 1000  orang yang mendaftar umroh murah 15 juta untuk keberangkatan setahun berikutnya, asumsi biaya pokok umroh adalah 20 juta (kekurangan 5 juta rupiah)

Tahun 2012 mendaftar 1000 orang 15 Milyar rupiah.

Tahun 2013, mendaftar 1000 orang, 15 Milyar rupiah. 5 Milyarnya dipakai untuk tambahan umroh pendaftar 2012. Sisa 10 Milyar rupiah.

Tahun 2014, mendaftar 1000 orang 15 juta rupiah, 10 Milyarnya dipakai untuk tambahan umroh pendaftar 2013. sisa 5 Milyar rupiah.

Tahun 2015, mendaftar 1000 orang 15 Milyar rupiah, 15 Milyarnya dipakai untuk tambahan umroh pendaftar 2014. Sisa: 0 rupiah.

Tahun 2016, mendaftar 1000 orang 15 milyar rupiah ….. kewajiban biaya umroh pendatar tahun 2015 adalah 20 milyar! kurang ! Mau bagaimana? Maka mereka cari pendaftar lebih banyak lagi. Tapi itu sesungguhnya hanya menambah hutang yang harus dibayar tahun 2017. Tahun 2017 mereka membutuhkan orang lebih banyak lagi. Tidak cukup? Maka terjadinya seperti sekarang. Pun kalaupun mereka bisa cari orang lebih banyak tahun 2017, suatu saat nanti pendaftar baru tak akan cukup untuk membayar hutang mereka. Jumlah penduduk terbatas, yang mau umroh terbatas, yang punya uang 15 juta rupiahpun terbatas. Maka seperti skema ponzi lain yang terus menerus membutuhkan lebih banyak orang, akhir ceritanya selalu sama: Runtuh.

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Scroll to Top