Mengapa MLM yang lebih fokus pada pengembangan jaringan itu buruk untuk Anda

MLM itu baik-baik saja, selama lebih fokus pada penjualan produk, bukan pada pengembangan jaringan. Betul bahwa dari istilahnya saja, MLM, multilevel marketing mempunyai 2 unsur penting: ‘multi level’, bertingkat-tingkat yang tentu berhubungan dengan jaringan dan ‘marketing’, pemasaran. Tetapi, MLM yang lebih fokus pada pengembangan jaringan bukanlah MLM yang baik untuk Anda. Mengapa?

Untuk mendapatkan keuntungan, Anda harus mengembangkan jaringan. Dan setiap orang dalam jaringan Anda juga harus mengembangkan jaringan. Dan jaringan itu ada batasnya. Saat sudah mencapai batas maksimum, pengembangan jaringan pun akan mandek. Sebagian besar orang dalam jaringan tidak akan memperoleh apa-apa.

Contohkan saja Anda masuk menjadi mitra MLM seperti ini. Anda tidak perlu membayar untuk menjadi mitra. Bagus, satu tanda skema piramida tidak ada dalam MLM ini. Anda juga tidak perlu membeli produk dalam jumlah yang banyak untuk menjadi mitra. Juga bagus, dua tanda skema piramida dicoret dari MLM ini. Anda lalu berusaha menjual produk MLM Anda. Beberapa produk mungkin berhasil dijual. Tapi lalu seseorang dalam MLM tersebut, entah upline Anda, entah orang yang disebut sebagah ‘coach’ dalam MLM tersebut, mengatakan pada Anda bahwa akan lebih baik kalau Anda mengembangkan jaringan: Mencari downline (mitra dibawah Anda), lalu membina jaringan tersebut agar dapat berkembang. Dikatakan bahwa dengan cara itu Anda akan mendapatkan penghasilan tanpa batas yang jauh jauh lebih besar ketimbang Anda hanya menjual produk. Anda akan mendapatkan pendapatan pasif, mendapatkan berbagai macam reward dengan mengembangkan jaringan.

Andapun lalu menawarkan kepada teman Anda, handai taulan Anda untuk menjadi mitra MLM tersebut. Karena Anda dasarnya dapat dipercaya dan Anda bisa meyakinkan orang, beberapa orangpun berhasil Anda rekrut menjadi downline Anda. Dan sama dengan Anda, downline-downline Anda pun lalu berhasil menjual produk walaupun tidak seberapa. Anda mendapat komisi ‘bertingkat’ dari keberhasilan mereka tetapi…disinilah masalahnya mulai. Anda harus melakukan pembelanjaan sejumlah minimal tertentu agar dapat memperoleh komisi bertingkat tersebut. Itu biasa disebut tutup point. Katakanlah misalnya selama ini Anda hanya belanja (untuk menjual nya kepada pelanggan Anda) hanya 200 ribu rupiah sebulan. Tetapi tutup point-nya 500 ribu rupiah. Apa yang harus Anda lakukan? Andapun membeli sendiri, untuk pakai sendiri, produk MLM Anda sehingga mencapai batas tutup point, supaya Anda bisa memperoleh komisi dari penjualan downline Anda dan juga menjadi semacam bukti bahwa Anda mencintai produk yang Anda jual (itulah yang sering dikatakan oleh orang dalam perusahaan MLM Anda). Pada awalnya mungkin biaya pembelanjaan Anda tidak dapat ditutupi dari komisi penjualan downline Anda. Tak apa. Dengan berkembangnya jaringan, Anda berharap komisi tersebut akan jauh lebih besar dari ‘tupo’. Dan hei, Anda juga mengajarkan pada downline Anda untuk mengembangkan jaringan dan akhirnya, membuat mereka juga belanja untuk menutupi tupo untuk mandapatkan komisi dari downline mereka. Begitulah seterusnya.

Pada akhirnya, MLM yang lebih fokus pada pengembangan jaringan, dan membuat para mitra belanja sebagian besar hanya untuk mencapai tupo, hanya akan membuat jaringan tupo. Apakah jaringan seperti ini bagus? Ya, untuk sebagian kecil orang, tidak untuk sebagian besar orang.

Untuk ilustrasi, mari kita buat beberapa penyederhanaan:

  • Anggap untuk mencapai hasil 1 juta rupiah sebulan, Anda perlu 10 orang downline yang semuanya mencapai belanja sebesar tupo (ini asumsi yang wajar untuk beberapa MLM).
  • 10 orang ini harus mencari masing-masing 10 orang lain untuk mendapat penghasilan tersebut, berarti jumlah menjadi 10.0 orang.
  • 100 orang lalu harus jadi 1000, 10.000, 100.000, 1000.000, 10.000.000, 100.000.000 dan seterusnya.

Pada akhirnya tidak ada lagi orang yang bisa diajak menjadi downline.

Ilustrasi diatas adalah penyederhanaan tetapi begitulah logikanya bila MLM hanya fokus mengembangkan jaringan dan para mitra tidak menjual, tapi mengejar tupo hanya untuk pakai sendiri. Pada prakteknya mungkin terjadi beberapa hal sebagai berikut:

  • Ada sebagian kecil produk yang terjual sehingga untuk mengejar penghasilan 1 juta rupiah tidak perlu sampai 10 orang. Ini tetap tidak menghindari titik jenuh.
  • Perkembangan jaringan berlangsung lambat. Generasi baru terbentuk sebagai downline potensial baru. Apakah ini bagus? tentu tidak. Anda harus menunggu beberapa tahun untuk dapat penghasilan yang cukup. Itupun kalau downline Anda cukup sabar dan tetap tupo sampai generasi baru muncul. Banyak perusahaan MLM berskema piramida bisa bertahan bertahun-tahun justru bukan karena MLM-nya bagus, tetapi karena perkembangannya yang lambat tetapi pemasukan ke perusahaan besar dan biasanya MLM adalah jaringan internasional dengan modal yang besar.

Praktek MLM yang lebih fokus kepada pengembangan jaringan dan produk hanya dijual sebagian besar dalam jaringan (sekedar mencapai tupo) di Indonesia tidak ada larangannya. Tetapi MLM ini seperti ini tidak bagus untuk Anda pilih karena, bila bukan Anda yang rugi, downline Anda yang rugi, downline pada titik dimana sudah sulit mengembangkan jaringan baru. Ups, apakah rugi membeli barang untuk tupo untuk dipakai sendiri? Tidak, kalau manfaat barang sebanding harga. Tinggal Anda lihat apakah semua orang yang membeli untuk tupo benar benar marasakan manfaatnya yang sebanding dengan harga. Pada umumnya produk yang dijual adalah produk dengan harga berlebihan. MLM yang fokus pada pengembangan jaringan, mengajarkan Anda lebih berusaha mengembangkan jaringan daripada menjual produk (karena sulit dijual), tetapi mensyaratkan Anda untuk tupo, hanya ingin Anda dan semua mitra membeli produk mereka secara terus menerus.

Praktek MLM seperti ini, dimana produk hanya beredar di kalangan mitra tidak dilarang di Indonesia. Tetapi praktek seperti ini dianggap tak beda dengan skema piramida di Amerika Serikat, negara dimana lahirnya MLM dan yang sudah berpengalaman dalam mengenali dan menangani berbagai tipu muslihat MLM.

Baca: MLMlaw-MLM startup guide.

Baca juga: Seluk beluk MLM.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Scroll to Top